Minggu lalu disinggung bagaimana orang Kristen mengadopsi istilah epifani orang-orang Yunani Kuno untuk memahami penampakan wajah (cinta) Allah. Manifestasi yang ditangkap orang Kristen itu bukan cuma satu, melainkan tiga, yaitu tiga momen atau tiga konteks yang membantu mereka untuk menangkap kehadiran Allah di dunia. Pertama, konteks kelahiran atau penciptaan, yang bisa menarik perhatian orang pada kehadiran Tuhan. Minggu lalu ini dikisahkan dengan tokoh para majus yang membaca pergerakan ciptaan di langit untuk mengerti bahwa sedang terjadi sesuatu yang pantas mereka cari. Ciptaan dipakai orang sebagai tanda atau rambu untuk mengenali Allah. Selain itu, lewat kontemplasi, kelahiran bayi Yesus dapat ditangkap sebagai manifestasi cinta Allah.
Ketiga, momen perjamuan di Kana, yang menarasikan mukjizat pertama bikinan Guru dari Nazareth, tetapi poinnya adalah wajah Allah yang digambarkan sebagai sosok mempelai setia dengan cinta tanpa syaratnya, juga kalau pasangannya tak setia. Betapa menggembirakan wajah Allah yang begini ini. Lha, kok ujug-ujug ketiga, keduanya mana, Rom? Keduanya adalah yang dirayakan Gereja Katolik hari ini: pembaptisan Yesus di Yordan. Lha ngopo je kok pembaptisan Yesus dianggap sebagai penampakan Tuhan? Karena Yesus diterima sebagai Anak Allah oleh orang-orang Kristen, begitukah? Sik3, sabar, tak perlu buru-buru.
Mari lihat konteks baptisan di Yordan yang diberikan Yohanes Pembaptis. Orang-orang Israel yang berbondong-bondong ke sana itu termasuk mereka yang mengalami ketertindasan ekonomi politik. Apa yang mereka nantikan? Sosok Mesias! Sosok Mesias macam mana? Sosok Mesias yang bisa bim salabim mengubah nasib hidup mereka yang tertindas!
[Jangan-jangan, wajah Allah seperti itu juga yang Anda nantikan: Allah mahakuat yang bisa memporak-porandakan musuh-musuh Anda dan menyelesaikan problem pandemi dengan bikin aneka mukjizat.] Kalau sosok Allah seperti itu juga yang Anda nantikan, “Ternyata kamu lemah.” Kalau wajah Allah adalah sosok yang memberi Anda makna kehidupan, makna eksistensi Anda dan jadi model sosok manusia sejati dan memberi kekuatan interior untuk mengkonstruksi dunia yang damai karena keadilan dan cinta, nah3, harapan seperti ini tidak memperlemah martabat Anda sebagai manusia dan itu sangat mungkin terjadi.
Tak mengherankan, orang-orang yang berbondong-bondong mendatangi Yohanes Pembaptis itu mengira dialah sosok Mesias. Akan tetapi, apa mau dikata, Mesias bukan sekadar sosok yang sangat baik seperti Yohanes Pembaptis, bukan pula sekadar orang-orang bijak seperti Sokrates, Aristoteles, Plato, dan seterusnya. Yohanes sendiri dengan tegas menyampaikan bahwa dia bukan Mesias yang semestinya dinantikan orang-orang Israel itu. Katanya, dia cuma membaptis mereka dengan air. Anda tahu, air bisa membersihkan bagian eksternal orang, bisa menyegarkan tanaman, tetapi baru jadi elemen vital hidup makhluk itu sejauh diabsorsi oleh tubuhnya.
Jadi, Mesias yang sesungguhnya ialah Dia yang membaptis dengan Roh Kudus, yang berurusan dengan sisi interior manusia. Yohanes merujuk sosok itu adalah Yesus dari Nazareth. Penulis Lukas menggambarkannya sebagai sosok yang dibaptis dengan latar belakang langit terbuka: Allah tak menutup diri dan menjadi Allah bersama kita. Sosok merpati mengingatkan pendengar pada zaman air bah Nuh: memberi tanda kehidupan baru; kemanusiaan baru sedang dibangun dengan kemunculan Yesus dari Nazareth di hadapan publik. Tentu saja, ini perkara krusial yang terhadapnya orang bisa percaya dan menerima atau tidak. Tak perlu bertengkar karenanya.
Yang penting ialah orang mempertanyakan secara jujur dalam dirinya: wajah Allah macam mana yang sungguh-sungguh dinantikannya; yang mengindikasikan kita sebagai makhluk lemah atau yang menyatakan diri kita sebagai lemah alias tanah, yang diatasnya dapat dibangun kehidupan yang adil dan damai. Yang pertama adalah lemah yang hopeless. Yang kedua adalah lemah yang mengakomodasi kemanusiaan yang senantiasa baru.
Tuhan, mohon rahmat supaya hidup kami mencerminkan kekuatan harapan, iman, dan cinta untuk membangun kemanusiaan baru. Amin.
PESTA PEMBAPTISAN TUHAN C/2
Minggu, 9 Januari 2022
Yes 40,1-5.9-11
Tit 2,11-14; 3,4-7
Luk 3,15-16.21-22
Posting Tahun C/1 2019: Politik Cinta
Posting Tahun B/2 2018: New Exodus
Posting Tahun A/1 2017: Pastor Gadungan
Posting Tahun C/2 2016: Pakai Barang, Cintai Orang
Posting Tahun B/1 2015: Tuhan Kok Dibaptis!
Categories: Daily Reflection