Bayar

Published by

on

Saya tidak mengerti mengapa sebagian orang menganggap nasihat cinta kasih sebagai keunikan ajaran Kristiani. Rangkuman Hukum Taurat sebagai prinsip tauhid pun bukanlah keunikan ajaran Yesus. Saya lebih tidak paham lagi mengapa hari gini masih ada saja pihak yang mengajarkan perbedaan Allah orang Kristen, Islam, Yahudi, dan seterusnya. Lha apa Allah mereka ini memang berbeda-beda? Kalau yang berbeda-beda itu cara memahaminya, kan tidak perlu disimpulkan bahwa Allah orang Kristen berbeda dari Allah orang lain? Tapi ya wislah, ini bukan ruang kuliah teologi agama-agama.  

Perintah utama yang disodorkan dalam teks bacaan hari ini memuat tiga elemen yang sesungguhnya bisa menjelaskan prinsip tauhid: (1) keyakinan akan satu Allah (yang diperlawankan dengan keyakinan politeis), (2) totalitas penyembahan kepada satu Allah itu, dan (3) cinta kepada sesama yang merealisasikan dua elemen sebelumnya. Nah, kayak gitu itu mosok mau dipatenkan untuk ajaran Kristiani?
Lebih jauh lagi, apakah menjadi Kristen itu mesti berarti secara moral lebih superior dari penganut agama lain? Tidak, baik pada level teori maupun praktiknya. Budhisme malah mungkin lebih dalam lagi ajaran belas kasih atau compassionnya. Akan tetapi, sekali lagi, ngapain juga mesti membanding-bandingkan demi perbandingannya sendiri, kan? Pada kenyataannya, iman apa pun bukanlah semata sistem moral yang dibangun di tanah kosong tanpa penghuni lain. Kehadiran agama lain, dengan demikian, bisa jadi jalan pemurnian orang untuk mendalami ketuhanannya.

Karena ini bukan ruang kuliah filsafat teologi juga, baiklah saya singgung resonansi teks bacaan hari ini: mak sliwer di medsos saya nongol tulisan: belajar agama, sampai kamu paham bahwa bayar hutang lebih utama dari sedekah. Saya tidak tahu maksud ungkapan itu, apakah setelah paham bahwa bayar hutang lebih utama dari sedekah, pelajaran agama sudah selesai, atau apakah itu mandat untuk mendalami pelajaran agama bahwa bayar hutang lebih utama dari sedekah. Apa pun itu, pesan utamanya ialah bayar hutang lebih utama dari sedekah!

Pesan ini sangat menusuk saya karena pekerjaan saya ‘memaksa’ saya untuk terhubung dengan filantropis dan saya sadar betul tidak semua filantropis menghidupi pesan utama tadi. Sudah sejak zaman jebot, formalisme agama membuat orang memuja praktik sedekah tanpa memperhatikan prinsip keadilan. Orang bisa arogan memamerkan kemurahhatiannya dengan berbagi-bagi rezeki yang diperolehnya dengan menunda pembayaran gaji, pembayaran THR. Pada zaman now orang bisa mendokumentasi sumbangannya kepada para pengemis dengan puluhan lembar uang merah, tapi bisa jadi orang tidak tahu bagaimana dan dari mana puluhan lembar uang merah ada.

Tuhan, mohon rahmat ketekunan untuk membayarkan cinta-Mu kepada sesama. Amin.


HARI JUMAT PRAPASKA III
28 Maret 2025

Hos 14,2-10
Mrk 12,28b-34

Posting 2021: Gampang2 Susah
Posting 2020: Minta Maaf Ya
Posting 2019: Ramalan Cinta

Posting 2018: Pertama dan Terakhir

Posting 2017: Hidup Tanpa Makna

Posting 2016: Galau Lahir Batin
 
Posting 2015: Cuma Ada Satu Cinta
Posting 2014: Ujung2nya Duit atau…

Previous Post
Next Post