Lebih mudah mana kiranya: mencintai Allah atau mencintai sesama? Menurut saya, mencintai Allah lebih gampang karena Allah tidak butuh bukti. Bukti cuma dibutuhkan manusia, yang tendensinya tak percaya. Maka, mencintai Allah, yang gampang itu, jadi runyam karena, bagi manusia, itu mesti dibuktikan dengan cinta kepada sesamanya. Celakanya, kalau orang cinta kepada sesamanya tanpa cinta kepada Allah, cintanya kepada sesama itu ya cuma jadi ajang penaklukan, ajang dominasi, ajang kekuasaan.
Maka dari itu, yang bikin susah bukan mencintai Allahnya, melainkan menyingkirkan kualitas prakemanusiaannya. Belakangan saya memadankan prakemanusiaan itu dengan insting kebinatangan, tetapi tentu itu tidak sepenuhnya tepat. Sekurang-kurangnya, mesti ada pengecualian juga ketika dalam dunia binatang buas pun masih ada naluri yang muaranya bukan penaklukan yang lain. Barangkali memang ada binatang yang berperikemanusiaan, yang mencintai sesamanya; dan kepadanya orang perlu ngaca.
Selain perkara bukti itu, bukankah Dia takkan memaksa orang untuk mencintai-Nya. Tidak ada paksaan dalam cinta, gitu kan? Akan tetapi, tiliklah cinta kepada sesama, mesti ada paksa-paksaan gitu deh. Dibikinlah kesepakatan ini itu, aturan ini itu, hukum ini itu, sedemikian rupa sehingga orang malah lebih peduli pada menaati hukumnya sendiri daripada mencintai sesamanya. Tentu bukan salah hukumnya, melainkan sikap orang terhadap hukumnya itu sendiri.
Tuhan, mohon rahmat supaya kami semata tunduk pada hukum cinta-Mu. Amin.
HARI JUMAT PRAPASKA III
12 Maret 2021
Posting 2020: Minta Maaf Ya
Posting 2019: Ramalan Cinta
Posting 2018: Pertama dan Terakhir
Posting 2017: Hidup Tanpa Makna
Posting 2016: Galau Lahir Batin
Posting 2015: Cuma Ada Satu Cinta
Posting 2014: Ujung2nya Duit atau…
Categories: Daily Reflection