Simulakra

Published by

on

Saya mengandaikan Anda setuju bahwa Kebenaran memerdekakan orang. Lev Nikolayevitch Tolstoy (1828-1910) konon pernah menulis bahwa Kebenaran itu seperti emas, yang diperoleh bukan dengan mendiamkannya supaya bertambah besar, melainkan dengan menyingkirkan apa saja yang bukan emas. Caranya macam-macam, baik dengan model tradisional dengan mendulang emas atau memanfaatkan air raksa maupun dengan cara modern dengan hidrometalurgi atau pirometalurgi. Semua itu dimaksudkan sebagai proses pemurnian. Itu berarti, Kebenaran pun memerlukan pemurnian. Ia tidak bisa memerdekakan orang jika masih belepotan dengan aneka kepentingan yang menutupi Kebenaran itu.

Sebetulnya saya bisa langsung kasih contoh bagaimana pemurnian emas Kebenaran itu berjalan belepotan. Tanpa sengaja kemarin saya menyimak tayangan pertemuan presiden dengan para jurnalis. Ada tujuh tokoh kalau saya tak salah ingat. Akan tetapi, saya tidak bisa bertahan lama menyimaknya karena saya teringat beberapa puluh tahun lalu desa saya tahu-tahu menjadi keren sekali karena rupanya presiden berkunjung ke sana dan segalanya mesti dipersiapkan masak-masak termasuk pertanyaan-pertanyaan apa yang mesti disodorkan. Anak-anak sekolah mesti menyambut rombongan presiden. Betul-betul keren dan di berita televisi memang desa saya tampak keren. Setelah itu, ya keadaannya kembali seperti semula. Kondisi jalan masih baik, tetapi orang-orang desanya ya gitu-gitu aja; yang mentalnya malas tetaplah malas, yang maling ya tetap maling. Dengan kata lain, apa yang tampak keren itu tak lain adalah sebuah simulakrum atau semacam ja’im begitu. Akan tetapi, saya tidak hendak mengambil ini sebagai contoh pemurnian Kebenaran yang belepotan [lah, dah terlanjur ketik!].

Teks bacaan utama hari ini menyiratkan perseteruan teologis yang sedemikian panas antara orang-orang Yahudi yang menjadi Kristen dan mereka yang keukeuh pada penolakan Yesus sebagai Logos alias Sabda Allah. Anda tak perlu berpusing-pusing dengan debat teologis itu. Siapa atau apa pun yang Anda terima sebagai Logos alias Sabda Allah itu, Anda tetap mesti melakukan proses pemurnian emas tadi: menyingkirkan yang bukan emas. Dalam bahasa spiritual di sini, ini adalah perkara dropping false beliefs. Kebenaran yang belepotan tak akan memerdekakan siapa pun, dan kebanyakan yang bikin belepotan adalah klaim tafsir tunggal terhadap-Nya. Sabda Allahnya benar, dulu, sekarang, dan selamanya tetapi tafsir terhadapnya membuat Sabda Allah jadi belepotan jika dimutlakkan, apalagi diklaim sebagai hak eksklusif status quo. Klaim seperti ini biasanya dibikin berdasarkan kekuasaan dan kekuasaan absolut membuat Kebenaran itu mengekang semakin banyak orang.

Semoga Anda dan saya dimampukan untuk menghidupi Kebenaran sebagai pengalaman eksistensial yang lebih membebaskan daripada sekadar olah kognisi. Amin.


HARI RABU PRAPASKA V
9 April 2025

Dan 3,14-20.24-25.28
Yoh 8,31-42

Posting 2021: Mekanis
Posting 2020: Merdeka
Posting 2019: Menanam Jagung ’98

Posting 2018: To tell you the truth
Posting 2017: Manakah Agama Allah?

Posting 2016: Keliatannya Aja Bebas
 
Posting 2014
: Kebebasan Macam Apa

Previous Post
Next Post