Minggu lalu saya diberi teks ibadat dengan tema ‘Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah” dan seperti biasa saya mempersoalkannya. Saya mengerti tema itu disodorkan berdasarkan teks Kitab Suci. Akan tetapi, apakah memang tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah? Mungkinkah Allah meniadakan kebebasan manusia ciptaan-Nya sendiri? Meskipun demikian, daripada saya melontarkan pertanyaan filsafat, di hadapan calon guru agama itu saya sodorkan pertanyaan yang lebih personal: barangkali ada yang tidak mungkin bagi Allah, yaitu mengubah hidup mereka dan saya sebelum berubah jadi jenazah. Buktinya banyak: dari zaman jebot ya tetap saja mereka dan saya bebal, keras kepala, arogan, dan sebagainya, bukan?
Teks bacaan utama hari ini menunjukkan tanggapan Yesus terhadap ketidakpercayaan kerumunan orang yang mempertanyakan klaimnya bahwa dialah roti hidup. Alih-alih berpolemik, ia memberi catatan bahwa kepercayaan terhadap klaim seperti itu memang tidak datang dari diri manusia sendiri, tetapi dari inisiatif Allah. Alhasil, memang tak perlu maksa juga untuk percaya, dan, karena itu, ujung-ujungnya bergantung juga pada keputusan manusia sendiri. Itu mengapa mungkin ada hal yang tidak mungkin bagi Allah: merenggut keputusan akhir dari manusia sebelum kematiannya. Selagi Anda dan saya masih bisa bernafas, kita diberi kebebasan yang luar biasa untuk menanggapi karunia hidup ini: mau pilih worldly feelings atau soul feelings.
Roti hidup dalam teks hari-hari ini berkelindan dengan soul feelings. Ini dimengerti oleh penggemar worldly feelings, tetapi tidak mendapat perhatian secara konsisten dari mereka yang menginginkan hidup kekal. Akibatnya, hampir bosan saya mengatakannya: etika ndhasmu. Yang penting perut lapar dikenyangkan, yang penting tunawisma dibangunkan rumah, yang penting proyek kota futuristik nan megah dilanjutkan, tak peduli keracunan, tak peduli gaji minimalnya gimana, tak peduli kultur orangnya kumaha, tak peduli hutang negara piye, dan seterusnya.
Dalam dunia panggung worldly feelings itu, semua bisa diobral demi status quo, dari omongan mengenai pendidikan karakter sampai kajian tentang surga neraka, dan semuanya jadi tontonan tanpa tuntunan.
Semoga Anda dan saya masih memiliki energi dan resources untuk mengais roti hidup dengan komitmen untuk berjalan dengan tuntunan Roh Kudus sendiri. Amin.
KAMIS PASKA III
8 Mei 2025
Posting 2020: Selawat
Posting 2019: Roti Saya Bundar
Posting 2018: Tuntun Dong
Posting 2017: Inisiatif Siapa Toh?
Posting 2016: Rotinya Rotinya
Posting 2015: Siapa Yang Nembak Duluan?
Posting 2014: Revolusi Mental, Revolusi Kultural

One response to “Mungkin”
Amin.
LikeLike