Pakai Hati

Sedekat apa pun jarak tempuh untuk meraih barang, bagi orang mager ya tetaplah jauh. Orang mager ini maunya segala kebutuhannya bisa diraih tanpa gerak; tak ada jarak antara bodinya dan kebutuhan itu. Tak mengherankan bahwa teknologi sangat digemari orang mager, tinggal pejet ini muncul itu, gari mak nunul nanti anunya datang sendiri. Tentu, saya tidak mengatakan bahwa orang yang gemar teknologi adalah orang mager (meskipun ya ada sih; ehmmm sebaiknya Anda jangan tersinggung, tapi tersanjung). Begitu pula halnya pekerjaan, tugas, panggilan, kegiatan, segampang dan seringan apa pun, bagi orang yang tak punya passion, tetaplah susah dan berat.

Ya gak juga, Rom. Susah dan beratnya pekerjaan itu bisa diukur, ada parameternya, bahkan bisa dibuat standardisasi dengan ISO (International Organization for Standardization). Sekarang ini, di sebagian keuskupan, pastor yang bekerja di paroki atau gereja itu pun mesti punya kualifikasi tertentu, belum lagi ada supervisi dan audisi [betul gak sih?]. Entah pastornya bermodal passion atau fashion, kalau tak memenuhi standar ya artinya pekerjaan itu berat atau sulit baginya. Jadi, berat ringannya tugas atau pekerjaan itu tidak diukur oleh apakah orang punya passion, apakah orang mager, dan sebagainya.
Yak tul, sepertinya Anda petugas dari ISO atau SNI begitu ya?🤭

Teks bacaan hari ini mengundang orang untuk memakai standar tambahan yang meringankan.
Walah, gimana mau meringankan, wong standardisasi yang dibuat SNI atau ISO itu saja sudah merepotkan, supervisi saja bikin salah tingkah, akreditasi saja bikin puyeng?
Nah nah nah, itulah dia. Persis itu yang disasar teks bacaan hari ini: hati dan pikiran orang tertambat pada standardisasi yang datang dari luar, seakan-akan itu adalah segala-galanya. Yang ditata SNI dan ISO adalah input-output yang terkait dengan matra fisik. Standar yang disodorkan dalam teks bacaan hari ini bukan matra fisik itu, melainkan matra yang mengakomodasi passion tadi, standar yang memberi jiwa, daya, dan gairah hidup.

Dulu pernah saya kutip: sesuatu itu kalau memang pantas dikerjakan, layak dikerjakan sebaik-baiknya, dengan segenap hati, dengan segenap passion. Kalau tidak, kembali ke refren: yang mudah pun jadi terasa sulit, yang ringan pun jadi terasa berat. Orang tak happy, isinya komplén sana sini, bukan karena perkaranya tak sesuai dengan standar, melainkan karena hati orang di tempat lain, mimpi orang di waktu lain; maka penuh kekhawatiran, ketakutan, dan teman-temannya.

Tuhan, mohon rahmat supaya setiap langkah kami senantiasa bergerak seturut nafas cinta-Mu. Amin.


HARI RABU ADVEN II
9 Desember 2020

Yes 40,25-31
Mat 11,28-30

Posting 2019: Selesai Tapi Belum
Posting 2018: Ringan Dipikulin

Posting 2017: Sidang Bisu Tuli

Posting 2016: Rest In Pain

Posting 2015: Ringankan Bebanmu

Posting 2014: Doa Aja Ribut…Gak Capek, Brow?

1 reply