Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu. Berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih lagi penyayang.
Dalam kalender liturgi Gereja Katolik, hari ini adalah hari Rabu Abu, yang mengawali masa pantang dan puasa sampai kelak Hari Raya Paska. Ini benar-benar jadi tantangan bagi iman yang dewasa. Saya ambil satu praktik masa tobat ini seperti saya singgung dalam posting Puasa dari Valentine: sedekah, amal, aksi puasa.
Mengajari anak supaya punya kepekaan sosial bisa dilakukan misalnya dengan memintanya memberikan uang receh kepada pengemis, mengantarkan makanan untuk mereka yang kelaparan, dan seterusnya. Ini adalah perbuatan yang kasatmata, konkret, dan menurut teks bacaan hari ini, pelaku pemberi sedekah macam ini bisa jadi sudah mendapatkan upahnya: senang mendapat pujian karena dianggap telah melakukan kebaikan, yaitu memberikan sesuatu yang dibutuhkan orang lain yang berkekurangan.
Orang dewasa dalam beriman kiranya lebih halus mainnya. Ia tak lagi melatih kepekaan sosial untuk memberi uang atau makanan, tetapi menghidupi suatu keterlibatan sosial. Sedekah tak lagi perkara perbuatan karitatif, tetapi soal membangun dunia yang berkeadilan. Orang beriman dewasa dapat melakukan analisis sosial, menemukan akar problem sosial, kebutuhan objektifnya, dan mengambil posisi tertentu, yang mungkin tak kelihatan, untuk memecahkan atau sekurang-kurangnya membuat keadaan sedikit lebih baik. Dengan begitu, ia tidak hanya melakukan sesuatu yang kelihatan baik, tetapi juga sesuatu yang memang sungguh baik.
Tuhan, mohon rahmat keterbukaan hati untuk dapat terlibat mewujudkan keadilan-Mu. Amin.
HARI RABU ABU
17 Februari 2021
Yl 2,12-18
2Kor 5,20-6,2
Mat 6,1-6.16-18
Posting 2020: Waspada Saja, Tong!
Posting 2019: Puasa Kampanye
Posting 2018: Puasa dari Valentine
Posting 2017: Come Back to Me
Posting 2016: Tobat, Bos!
Posting 2015: Grow up, Brow!
Posting 2014: Solidarity with The Father
Categories: Daily Reflection