Pada posting Service Over lalu sudah diindikasikan bahwa paham religius orang pada umumnya dipengaruhi hasratnya sendiri akan suatu instansi yang bisa melayaninya untuk menguasai hidup ini. Maka, juga kalau paham religius itu adalah Mesias, yang diimajinasikannya ialah Mesias yang menang jaya terhadap orang lain, bukan terhadap dirinya. Juga paham Allah, ketambahan maha karena orang ingin ada instansi yang mengatasi langit, yang ada di pihaknya. Jangan sampai dong Langit ini merugikannya!
Guru dari Nazareth meruntuhkan paham macam begitu, seakan mau bilang,”Kalau betulan kamu butuh Mesias, kamu sendirilah yang mesti susah, melawan dirimu sendiri. Kamu juga mesti mengadopsi mentalitas datang-untuk-melayani, bukan untuk dilayani!”
Coba bayangkan, sejak lama direfleksikan orang dengan berbagai cara; nyatanya ya tak gampang menghidupi paradoks itu. Adam dan Hawa jatuh dalam godaan persis karena mengira yang tampaknya enak, yang menyenangkan itu membahagiakan. Lha piyé jal, yang diharamkan itu malah yang enak-enak!😅 Mana ada menyangkal diri, ingkar diri, askese, menunda kenikmatan itu enak?
Mungkin pilihan orang beriman bukan lagi antara yang baik dan yang buruk, melainkan antara yang baik dan lebih baik lagi. Ini lebih klop dengan pilihan yang disodorkan dalam bacaan pertama: kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Kalau itu, rasa-rasanya jelas orang mau pilih yang mana. Yang perlu dipertanyakan lebih lanjut ialah pilihan kehidupan dan berkat tadi; ini bukan pilihan untuk siswa-siswi tingkat dasar.
Guru dari Nazareth tampaknya memberi pilihan sulit atau berat. Tampaknya, kesan pertama. Kalau orang sudah menjalaninya, kesulitan atau keberatan itu tak lagi terasa [ya soalnya dah bebal😅]. Betulan ini: yang menyenangkan itu baik, tapi lebih baik lagi yang membahagiakan. Kenapa? Karena yang membahagiakan itu bisa memuat yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan; semuanya mendapat makna. Saya sudah bilang dulu bahwa kebahagiaan itu perkara memberi makna. Itu mengapa orang tak happy selama berpuasa dan lain-lainnya yang menuntut ingkar diri tadi: gak ngerti maknanya.
Tuhan, mohon rahmat supaya kami dapat melihat pilihan kehidupan yang lebih baik lagi seturut kehendak-Mu. Amin.
KAMIS SESUDAH RABU ABU
18 Februari 2021
Posting 2020: Jangan Takut Salib
Posting 2019: Engkaulah Satu-satunya
Posting 2018: Tiada Agama Selain Jalan
Posting 2017: Susahnya Hidup ‘Untung’
Posting 2016: Paha(la) Bidadari?
Posting 2015: Gong Xi Fa Cai
Posting 2014: Animus cujusque is est quisque
Categories: Daily Reflection