Kenalan Tuhan

Kemarin saya berikan contoh manifestasi setan dalam diri Petrus, dan hari ini Gereja Katolik memestakan tahta orang yang memanifestasikan setan itu. Keren, kan? Untuk sebagian orang tahta Santo Petrus ini memang tahta setan. Biasalah, begitu dinamika intrik dalam lembaga, yang jadi runyam karena orang-orangnya memperjuangkan kepentingannya sendiri, tentu dengan mengatasnamakan Allah. Kalau gak gitugimana bisa dapat pengikut dong?🤭

Saya senang bahwa yang ditahtakan ini Petrus, sosok yang sempat memanifestasikan setan dalam relasinya dengan Guru dari Nazareth. Jadi jelas bahwa tahta, posisi, kedudukan, jabatan, kekuasaan, itu jelas rentan sebagaimana direpresentasikan Petrus. Kalau Anda menilik sejarah Gereja, Anda akan mendapati begitu banyak intrik politik dalam Gereja yang kelihatan; dari skandal yang diawali Petrus ini sampai yang belakangan ini diupayakan supaya bisa diselesaikan. Tapi tak perlulah saya ngegosip di sini [bilang aja gak punya bahan, Rom.]

Teks bacaan yang dipakai untuk nemestakan Tahta S. Petrus ini adalah wacana pengakuan Petrus akan status Guru dari Nazareth sebagai Mesias. Akan tetapi, segera mesti ditambahkan catatan bahwa begitulah tahapan yang sedang ditapaki Petrus: kognisinya maju dibandingkan orang banyak, tetapi hidup afektifnya kacau. Ini tidak omong soal kepandaian atau kepintaran akademik Petrus, tetapi soal pengetahuan di kepalanya yang sinkron dengan harapan banyak orang saat itu. Yang mereka butuhkan adalah Mesias, dan Guru mereka ini bukan sekadar nabi, melainkan juga Mesias itu.

Akan tetapi, pengetahuan Petrus mengenai Mesias tidak keluar dari kedalaman hatinya. Yang dari dalam hatinya malah tidak klop dengan pengetahuan yang disodorkannya itu. Dia membangun konsepnya sendiri mengenai Mesias. Kelihatan kemudian bahwa Petrus pun bersikeras menyetir Gurunya supaya mengurungkan niatnya untuk cari gara-gara dengan kekuasaan politik agama. Lebih baik menyusun kekuatan untuk meruntuhkan kekuasaan fana yang mereka anggap korup itu.

Petrus lupa bahwa kekuasaan korup itu tak cuma ada ‘di luar sana’, tetapi juga sudah sejak dalam pikirannya sendiri: ia mengorupsi paham mesianik sebagai kekuasaan politik. Ketika didapatinya kekuasaan Mesias tak seperti yang dipikirkannya, ia lari tunggang langgang. Tahta Petrus, dengan demikian, boleh jadi cermin keterpecahan diri manusia yang hanya mungkin dirajut oleh penataan hati yang sungguh dipautkan dengan Allah. Orang tidak mendapatkan keselamatannya hanya karena tahu banyak hal tentang Allah dalam berbagai tradisi. Keselamatan itu diperoleh ketika pengetahuannya bergerak menjadi pengenalan pribadinya terhadap Allah.

Tuhan, mohon rahmat keterbukaan hati supaya dalam kerapuhan kami, hati kami tetap senantiasai mengenali cinta-Mu. Amin.


PESTA TAKHTA S. PETRUS
Senin Prapaska I
22 Februari 2021

1Ptr 5, 1-4
Mat 16,13-19

Posting 2020: Kursi Dingin
Posting 2019: Doa’in Dong

Posting 2018: Pemimpin Siluman

Posting 2017: Pak Teguh

Posting 2016: Roma Locuta,
Causa Finita! 
Posting 2014: Papa Francesco