Kalau Anda bicara pada pohon mangga dan menyampaikan harapan supaya pada saatnya memberikan buah mangga manis dan banyak, saya kira Anda masih waras. Juga kalau Anda mengelus-elus daun tanaman bunga dan bicara baik-baik supaya berbunga seperti seharusnya, saya tidak bisa menyebut Anda sinting. Saya kira itu cocok dengan spiritualitas mistik Fransiskus Assisi yang klop dengan kesadaran ekologis belakangan ini. Baru ketika Anda berpesan supaya pohon mangga itu diam di tempat dan jangan ke mana-mana setelah pesan berikut ini, saya akan memikirkan label apa yang cocok untuk Anda.
Saya hanya ingin menunjuk sifat personal relasi Anda dengan Tuhan yang Anda imani. Artinya, kalau berelasi dengan Tuhan, Anda berhubungan dengan pribadi, bukan dengan ideologi, secanggih dan sebaik apa pun rumusan ideologi itu. Pribadi Allah ini lebih kompleks daripada pepohonan yang tadi Anda ajak bicara, juga lebih njĕlimĕt daripada binatang, termasuk yang katanya berakal budi. Nah, terhadap pohon tadi, Anda tahu di mana batas permintaan yang bisa Anda sodorkan. Kalau Anda meminta sesuatu dan permintaan itu tak terpenuhi, Anda tahu di mana kelirunya.
Begitu juga jika Anda meminta kepada orang lain. Anda bisa mempertimbangkan permintaan mana yang lebay dan mana yang feasible. Mungkin lebih sulit dari yang pertama, tetapi kesulitan itu bisa dipecahkan dengan dialog komunikatif. Lha, kalau Anda menyodorkan permintaan kepada Allah, ini lebih runyam lagi karena Anda tak bisa tahu mana suatu batas permintaan itu feasible atau tidak. Bisa jadi yang paling rumit adalah yang sederhana, dan yang paling sederhana jebulnya rumit. God knows, dan Anda tinggal percaya saja bahwa Dia tahu mana yang baik buat Anda.
Poinnya bukan apakah betul Dia sungguh tahu mana yang baik buat orang beriman, melainkan apakah orangnya sendiri tahu mana yang baik baginya. Anjuran Guru dari Nazareth supaya orang meminta, mencari, dan mengetuk pintu-Nya itu malah relevan untuk berkaca apakah orang tahu mana yang baik buat dirinya atau hanya tahu apa yang menyenangkannya. Relasi autentik dengan Tuhan selalu mengundang orang berefleksi mengenai kebaikan apa yang dikejarnya dalam hidup.
Tuhan, mohon rahmat kebijaksanaan untuk mengenali apa yang baik bagi kami dan meletakkannya dalam terang cinta-Mu. Amin.
HARI KAMIS PRAPASKA I
25 Februari 2021
TambEst 4,10a.10c-12.17-19
Mat 7,7-12
Posting 2020: Saat Tuhan Berdoa
Posting 2019: Mengais Suara Golput
Posting 2017: Tuhannya Nganu
Posting 2016: Vending Machine God
Posting 2015: Doa Jamu Air Manjur
Posting 2014: Praying Heart Implies Humility
Categories: Daily Reflection