Zero-sum

Lagi, paradoks menutup teks bacaan hari ini: kalau mau jadi besar di antara kalian, jadilah pelayan; mau jadi terkemuka, jadilah hamba kalian; begitulah juga nasib Mesias, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani kemanusiaan. Paradoks ini disodorkan sebagai tanggapan atas permintaan murid-murid untuk memastikan atau memesan privilese bagi mereka kelak.
Klèan ini apa tau yang klèan minta? Paradigma klèan cocoknya untuk perang, dominasi, kekuasaan, korupsi, dan teman-temannya.”
Itu betul, kelihatan dari reaksi para murid lain terhadap dua murid yang minta privilese itu: mereka memarahinya, karena mereka sendiri punya keinginan yang sama, yaitu memperoleh privilese. Begitulah relasi zero-sum, relasi menang kalah, yang menempatkan kepentingan dirinya di atas yang lain.

Loh, apa paradoks tadi juga bukannya menempatkan kepentingan dirinya di atas yang lain, Rom?
Maksud lu? (Ini romo lu gue banget)
Ya seperti kemarin itu; orang bisa merendahkan diri untuk menaikkan mutu. Jadi, ujung-ujungnya ya sama, jadi pelayan dan dengan begitu mendapat privilesenya di hadapan Tuhan (meskipun di hadapan manusia tak punya privilese)!
Oh, beda banget. Paradoks tadi mengasumsikan bahwa orang berfokus pada kepentingan bersama, kemudian menempatkan kepentingan dirinya untuk mengabdi, melayani kebaikan bersama itu, apa pun posisinya. Ini bukan zero-sum dong

Pada kenyataannya, paradoks ini bukan gagasan populer, bahkan di kalangan mereka yang sebenarnya sudah ada dalam posisi strategis untuk mengabdi kepentingan bersama. Perspektif zero-sum lebih populer. Sampai hari ini, pada masa yang secara ekonomis belum bisa dibilang kuat, ada saja orang yang bermain-main dengan politik uang, korupsi, dan sejenisnya. Apakah korupsi, karena menyangkut hajat hidup orang banyak, mesti dipelihara negara?😪 Mungkin juga dipelihara oleh warganya, bahkan yang beragama, untuk mencari kepastian, alih-alih jatuh bangun dalam beriman.

Tuhan, mohon rahmat jiwa besar untuk mengakui paradigma zero-sum yang kami pelihara dan semangat rela berkorban untuk melepaskannya demi mengupayakan kebaikan bersama. Amin.


HARI RABU PRAPASKA II
3 Maret 2021

Yer 18,18-20
Mat 20,17-28

Posting 2020: Menerima Kematian
Posting 2019: Gabutisme

Posting 2018: Agama Semprul

Posting 2017: Si Pandir

Posting 2016: Harga Penderitaan

Posting
 2015: Jangan Tanya Dapat Apa