Orang Asing

Barangkali klaim seseorang bahwa ia mengenal Tuhan malah jadi pertanda bahwa ia tak (mau) mengenal Tuhan. Jangankan terhadap Tuhan, terhadap orang lain pun bisa jadi pengenalannya keliru karena yang diketahui mengenai orang lain itu hanyalah prasangka-prasangkanya sendiri. Anda masih ingat anekdot seseorang yang sudah sekian lama tak berjumpa dengan teman lamanya dan tiba-tiba melihat sekelebatan temannya itu di dekatnya, lalu menyapa akrab orang itu. “Halo, John, apa kabar nih. Kok setelah sepuluh tahun ini kamu jadi lebih subur ya?”
Orang yang disapa itu terheran-heran,”Maaf, saya bukan John.”
Balasan yang diterimanya,”Nah, malah kamu ganti nama juga sekarang ya?”

Teks bacaan hari ini mengisahkan bagaimana Guru dari Nazareth di kampungnya sendiri malah tak mendapat respek sebagaimana diterimanya dari orang-orang luar kampungnya. Maklum, beliau tak banyak bikin mukjizat. Lebih tepatnya, tak bisa bikin mukjizat karena ketertutupan hati orang kampungnya, yang cuma punya modal pengetahuan bahwa Guru dari Nazareth ini anak tukang kayu tetangga mereka. Ini pernah saya singgung pada posting Mau Bisa Mau. Mereka tak mau membuka mata terhadap kualitas pribadi yang bisa jadi tidak cocok dengan prasangka mereka sendiri. 

Betul sih, memang Guru dari Nazareth itu juga menegaskan bahwa dia mengikuti apa yang dibuat para nabi sejak lama: Elia yang malah dipakai Allah untuk membantu perempuan asing (1Raj 17,7-16) dan Elisa yang menyembuhkan Naaman, panglima raja Aram, dengan memintanya membasuh diri di Sungai Yordan (2Raj 5,1-14). Penegasan ini menyulut kemarahan orang kampungnya, yang sangat eksklusif dengan adat dan kultur mereka.

Ada kalanya mentalitas japémété [atau japénété sih yang betul?], cahé d[h]éwé, alias orang kita sendiri malah menjeremuskan orang ke mentalitas eksklusif. Mengambil sikap atau posisi sebagai orang asing, malah bisa membantu orang untuk terus mengenali dimensi-dimensi baru dari orang lain, juga Allah, yang lebih bermanfaat daripada berkutat dengan prasangka “paling juga gitu“.

Tuhan, mohon rahmat keterbukaan hati dan budi untuk mengalami pengenalan mendalam akan cinta-Mu. Amin.


HARI SENIN PRAPASKA III
8 Maret 2021

2Raj 5,1-15a
Luk 4,24-30

Posting 2020: Sarana Receh
Posting 2018: I’m Faded

Posting 2016: Gak Butuh Nabi

Posting 2015: Logika Kuasa Gak Jalan

Posting 2014: Change The Way of Thinking