Sohib

Teks bacaan hari ini berisi wacana pembelaan Guru dari Nazareth atas tuduhan pemuka agama mengenai pekerjaannya. Masih ingat ya apa gara-garanya? Sang Guru menyembuhkan orang pada hari Sabat, yang konon tak boleh diisi dengan kerja sebagaimana Allah beristirahat dari kerja-Nya. Guru dari Nazareth menolak konsep istirahat yang dipatenkan dalam hukum agama itu. Beliau menegaskan bahwa Allah terus bekerja sampai sekarang. Yang dikerjakannya, termasuk menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat, adalah bagian dari kerja Allah itu.

Atas dasar apa Guru dari Nazareth ini membuat klaim seperti itu? Beliau sebutlah hal-hal yang bisa jadi saksi atas klaimnya itu. Pertama, kesaksian dari Yohanes Pembaptis. Guru dari Nazareth tidak secara narsis begitu saja mengklaim dirinya sebagai Mesias. Yohanes yang mereka terima sebagai nabi itu mempersaksikan hal itu. Kedua, aneka mukjizat yang dilakukannya bisa jadi lebih kokoh lagi sebagai kesaksian daripada kata-kata yang disampaikan Yohanes Pembaptis. Mukjizat itu dibuat bukan dalam rangka cari pendapatan, melainkan memang untuk menyatakan kemurahan Allah kepada manusia. Ketiga, kata-kata Allah sendiri ketika Guru dari Nazareth ini dibaptis dan mengalami transfigurasi (kepadanyalah Allah berkenan). Keempat, kitab-kitab suci yang rupanya sudah ‘meramal’ kedatangannya.

Tapi apa mau dikata, mbok ada puluhan saksi atau bukti, kalau orang sudah dibutakan dengan gelojoh kekuasaannya sendiri ya mau gimana bisa mengalami perjumpaan dengan Tuhan sih? Adanya juga tone mengubah orang lain daripada mengubah diri sendiri. Alhasil, tiada pertobatan, dan tanpa pertobatan, gimana orang mengalami perjumpaan dengan Tuhan?
Menariknya, dalam teks bacaan pertama justru dikisahkan bagaimana Musa menyuruh Tuhan untuk bertobat dari murka-Nya.😂 Ada-ada aja ini Kitab Suci, mosok ya Tuhan menyesal njuk mengubah keputusan-Nya!

Memang Musa ini tokoh hebat yang bisa jumpa dengan Allah sebagai pribadi dan seakan-akan relasinya dengan Allah itu laksana hubungan dengan teman sejak kecil gitu. Akan tetapi, siapa juga sih yang mengerti kejadian sebenarnya? Poinnya ialah bahwa Allah senantiasa ingat akan perjanjian-Nya, dan Dia tak akan mengambil tindakan yang mencoreng janji-Nya sendiri dong. Ini hal yang tidak bisa dilakukan pemuka agama saat itu: janjinya setia kepada Allah, tetapi jebulnya mabuk kepayang oleh aturan-aturan yang mereka tetapkan sendiri.

Tuhan, mohon rahmat pertobatan sejati supaya kami boleh mengalami perjumpaan dengan-Mu, Allah yang berkenan menjadi sohib kami. Amin.


HARI KAMIS PRAPASKA IV
18 Maret 2021

Kel 32,7-14
Yoh 5,31-47

Posting 2020: Back to Nature
Posting 2019: Berhati Nyaman?
Posting 2018: Dewan Cari Hormat

Posting 2017: Learning from Others

Posting 2016: White Lie

Posting 2014: Mana Berhalamu?