Spiritual Being Having Human Experience

Published by

on

Pada waktu hujan dan orang baik membawa payung sementara orang jahat tak membawa payung, siapa yang akan basah kuyup? Orang baik! Loh kok isa, kok bisa? Ya bisa, karena orang jahat akan merampas payung orang baik atau karena orang baik mau mengorbankan dirinya bagi orang jahat!


Keakraban para rasul dengan gerak Roh pada masa Gereja Perdana sungguh inspiratif. Mereka menghayati pepatah Jawa: urip kuwi mung mampir ngombe. Hidup di dunia ini ya cuma mampir untuk minum, gak akan selamanya kita minum terus!!! Hidup dalam Roh itu juga menerangkan refleksi Yohanes bahwa seperti Kristus, manusia hidup di dunia ini meskipun bukan dari dunia (Yoh 15:19, 17:16) atau dalam rumusan Teilhard de Chardin: kita ini bukan makhluk manusiawi yang punya pengalaman rohani, melainkan makhluk rohani yang memiliki pengalaman manusiawi.

Lha, kenyataan sebagai makhluk rohani itulah yang memungkinkan orang selalu mereorientasi hidupnya. Paulus tidak setiap saat menjadi buta disilaukan oleh Kristus yang menampakkan diri kepadanya. Tidak setiap saat ia mendapat sabda istimewa dari Kristus. Pada kenyataannya, Paulus mampir ngombe tadi dalam hidup manusiawi. Akan tetapi, Paulus membaca gerak Roh dan memberi orientasi baru kepada pengalaman manusiawinya. Tentu saja ia tetap punya hitung-hitungan manusiawi, ia bahkan mungkin menafsirkan mimpi. Akan tetapi, yang penting bukan pertama-tama hitung-hitungan manusiawi dan tafsir mimpi; yang penting orang bertolok ukur pada gerak Roh sendiri dalam membuat hitung-hitungan manusia dan tafsir mimpi tadi.

Dengan tolok ukur gerak Roh tadi, sudah tentu pengikut Kristus akan berhadapan dengan hukum dunia ini, yang tidak mengenal Dia yang mengutus Kristus. Hidup dalam Roh malah teruji bukan oleh hidup yang nyaman dengan aneka romantisme rohani di tempat adorasi, melainkan oleh hitung-hitungan di tempat negosiasi dengan dunia. Risikonya sudah diprediksi Kristus: jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu.

Jadi, gak perlu terus-terusan heran kalau di dunia intrik gak selesai-selesai. Just do what you do selagi dan setelah membuat penegasan dan melakukan pilihan.

Little boy choosing between a cupcake and appleSABTU PASKA V A

Kis 16,1-10
Yoh 15,18-21

7 responses to “Spiritual Being Having Human Experience”

  1. […] Bukan, brow! Jangan mengubah kalimat dong! Yesus mengundang para pendengarnya supaya menangkap logika kejahatan sebagai bagian kehidupan ini. Tentu orang boleh dan mungkin bisa menentang atau melawan kejahatan […]

    Like

  2. […] Yang Pandawa dianggap Kurawa dan yang Kurawa menganggap diri Pandawa. Itu sudah klop dengan ‘logika kejahatan’, sehingga, meskipun secara objektif, dari tinjauan sejarah yang kritis jelas-jelas gerbong partai […]

    Like

  3. […] dengan pemahaman bahwa kita adalah makhluk rohani berpengalaman manusiawi, Masa Adven menyadarkan orang bahwa sejak awal, pada dasarnya, protagonis atau peran utama semesta […]

    Like

  4. […] hidup pertapa sendiri mengingatkan orang lain pada dimensi mistik kehidupan ini. Tanpa ingkar diri atau tindak asketis itu orang tak akan maju dalam hidup rohani dan orang […]

    Like

  5. […] adalah perjalanan esensialitas, dunia interior, dunia batin seseorang (bdk. pengertian manusia sebagai makhluk rohani yang mengalami kejasmanian). Ini pasti bukan maksudnya supaya pada masa prapaska orang selalu bertobat dengan tidak makan […]

    Like

  6. […] Posting Tahun Lalu: Spiritual being having human experience […]

    Like

  7. […] Isra’ Mi’raj bisa dimaknai sebagai suatu hidup dalam Roh. Betul bahwa orang senantiasa berjibaku dengan hidup duniawi ini, tetapi kisah Nabi Muhammad menunjukkan bahwa umat beriman bisa mendapat terang Roh Kudus sendiri untuk menghadapi krisis atau kesulitan hidupnya. Memang begitulah: we are spiritual beings with human experiences. […]

    Like