Mati Koe

Published by

on

Anda tidak harus menghancurkan orang lain dengan tangan Anda sendiri karena itu bisa dilakukan lewat tangan orang lain. Caranya gampang: abaikan saja suara hati dan peganglah ke mana suara mayoritas bergerak. Kelak, suara yang paling keras itulah yang pelan-pelan akan menghancurkan orang lain, dan mungkin juga pada gilirannya menghancurkan hidup Anda sendiri. Bukan karena perkara mayoritasnya, melainkan karena lenyapnya suara hati.

Itu yang saya yakini ketika menyimak lantunan kisah sengsara Yesus Kristus di sebuah gereja kecil di pinggiran provinsi tempat saya mengais rezeki. Umatnya tidak sampai 100 orang tetapi dari antara mereka saya mendapat info bahwa harga beras sudah agak turun, tetapi masih di kisaran 14.000; yang artinya, itu pasti bukan beras premium, apalagi pertamax. Beras yang dari gudang pemerintah, kiranya lebih rendah, karena bisa jadi sudah bercampur dengan pasir atau kutu. Eniwe, tetap lebih tinggi daripada harga beras tahun lalu.

Keyakinan tadi terpantik oleh teriakan orang-orang Yahudi menanggapi komentar Pilatus, orang Kekaisaran Romawi, penguasa wilayah Palestina yang tidak mendapati kesalahan Yesus dan menyerahkannya pada hukum agama Yahudi sendiri,”Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang!”
Tidakkah itu berarti “silakan bunuh saja, asal bukan dengan tangan saya sendiri”? Dengan kata lain, bukankah itu sama artinya dengan membenarkan pembunuhan orang lain? Betapa naif (alias bodoh) hidup keagamaan karena suara hati yang sudah dibungkam oleh apa yang mereka yakini sebagai hukum agama! Pernah saya ceritakan di sini kenaifan orang beragama dalam posting Love Elevator.

Semua rumusan mulia mengenai pemberantasan korupsi, rekonsiliasi, stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi, kemajuan, perubahan, angket, tidak lain hanyalah celotehan badut yang lucu di hadapan rakyat jelantah yang tak berdaya juga untuk protes. Sebagian orang desa di Jawa ini cuma bisa nrimo dengan komentar kurang lebih “ya mending mahal gak apa-apa yang penting masih ada yang bisa makan” [tak peduli bahwa untuk itu mesti pinjam duit orang lain] dan dengan komentar seperti ini, apa yang diharapkan oleh Yesus Kristus dari para muridnya? Untuk pengikutnya yang masih “siapa kuat dia menang” apa relevansinya Kerajaan Allah? Gak ada!

Kata senior saya, salib tanpa corpus bin tubuh itu jadi hukuman bukan penyelamatan. Dengan kata lain, ideologi yang tak bertaut pada pribadi-pribadi yang menderita itu cuma jadi konsumsi badut. Badut-badut ini bisa pilih orang untuk ditangkap dan cari cara supaya orang lain, dengan keadaan yang sebetulnya ya serupa, tidak ditangkap. Hukum bisa dimainkan, demokrasi pun demikian, karena ya itu tadi, pemerintahan dan agama, tanpa suara hati, cuma jadi mesin penghancur.

Tuhan, mohon rahmat kekuatan untuk mengubah salib kami jadi jalan penyelamatan alih-alih hukuman. Amin. 


HARI JUMAT SUCI
30 Maret 2024

Yes 52,13-53,12
Ibr 4,14-16;5,7-9
Yoh 18,1-19,42

Posting 2023: Nendang
Posting 2022: Aku Bukan Yesus

Posting 2020: Membajak Agama
Posting 2019: Dua Presiden

Posting 2018: Tuhan Hanya Butuh Dilan

Posting 2017: Kingdom of Conscience

Posting 2016: Jumat Suci: Keheningan Cinta

Posting 2015: A Faith that Never Dies

Posting 2014: Good Friday: The Turning Point

Previous Post
Next Post