Nendang

Pagi ini saya mendapat kiriman klik video berikut ini.

Saya tertawa menontonnya sendirian, tetapi Anda boleh menangis, marah, tersinggung, dan sebagainya. Klip video itu kembali mengingatkan saya pada posting tahun lalu: Aku Bukan Yesus. Entah drama dalam klip video itu improvisasi pemerannya atau memang tertera dalam skrip, perilaku Yesus menendang mereka yang memukulinya bisa mengundang tanda tanya serius: benarkah kemanusiaan Yesus itu mencakup kekerasan fisik?
Kenapa serius? Karena kemarin baru saja diterangkan bahwa Yesus ini mengajarkan resiprositas yang luas dalam konteks makhluk Allah: bukan saling balas, melainkan saling bantu merentangkan rantai cinta-tanpa-syarat Allah. Pay it forward: aku terima kebaikan, dan kebaikan itu kusalurkan ke orang lain lagi, bukan karena aku merasa berhutang budi pada dia yang memberiku kebaikan. Dengan begitu, wajarlah dikatakan bahwa orang yang menyadari hidupnya penuh cinta, yang keluar dari dirinya adalah cinta. Sebaliknya, selama orang tak terima bahwa hidupnya penuh cinta, dia akan terus menerus nguber-uber untuk mendapatkan cinta (yang sebetulnya ya sudah begitu berlimpah mengelilinginya).

Nah, kalau mau konsisten dengan resiprositas pay it forward itu, mestinya (pemeran) Yesus ini menendang (pemeran) perwira yang ada di depannya dong; lalu (pemeran) perwira yang ditendang Yesus menendang penonton. Pasti dramanya jadi lebih heboh.

Dengan begitu, saya mau mengatakan bahwa visualisasi jalan salib itu lebay sebagai penggambaran kemanusiaan Yesus. Kelebayan itu bisa juga ditilik dari diskusi Yesus dengan Pilatus, penguasa negeri yang punya kolusi dengan penguasa agama, sebagaimana terjadi di mana-mana. Pertanyaan Pilatus mengenai kebenaran tidaklah main-main karena baginya, kebenaran itu ya sepaket dengan kekuasaan seperti yang dihidupinya. Kekuasaan bilang A, ya A itulah yang benar.

Yesus tidak sepakat dengan Pilatus karena logika yang dipakainya memang bertentangan dengan logika kekuasaan ala Pilatus, yang disokong oleh kekuatan militer yang tentu saja menghalalkan kekerasan. Dengan begitu, entah adil atau tidak, entah opresif atau tidak, entah merenggut hak orang atau tidak, mboh manipulatif atau tidak, kekuasaan bisa diwujudkan. Struggle for the fittest gitu aja.

Bagi Yesus, itulah kekuasaan yang datangnya dari dunia sini. Yesus getol mewartakan kekuasaan yang datang dari dunia sono tetapi bisa berlaku, dan memang itu yang diharapkannya, di dunia sini. Kekuasaan itu tidak diperoleh dengan kampanye merebut pemilih, melainkan lewat jalan kebenaran yang baginya adalah perkara menampilkan wajah Allah.  Kebenaran macam begini pada akhirnya bersifat relasional, terkait dengan konteks hidup manusia. Ada saatnya seorang nabi bahkan terlibat dalam ‘pembunuhan’ banyak nabi-nabi palsu, karena kalau didiamkan ya pewartaan nabi palsu ini makin menindas kemanusiaan. Ada kalanya nyawa nabi itu melayang gara-gara ditembak penguasa korup.  Dua-duanya ini ya mengundang orang untuk melihat sisi atau wajah Allah yang hendak memuliakan kemanusiaan.

Jadi, wajah Allah manakah yang ditampilkan Yesus?
Saya yakin, bukan Yesus yang nendang; atau, nendangnya perlu dimaknai secara berbeda.
Saya tidak mengatakan bahwa Allah tidak bisa nendang. Bisa banget. Lewat makanan, lewat meriam, lewat pengalaman pahit, lewat macam-macam. Akan tetapi, saya sangat tidak yakin bahwa Yesus menampilkan wajah Allah yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Kembali ke pesan Kamis Putih kemarin: ini perkara menampilkan identitas sebagai anak-anak Allah.

Nah, sampai di sini, Anda mungkin menyimpulkan bahwa mengikuti jejak Yesus ini berarti tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Akan tetapi, prinsip Yesus tidak cuma perkara tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Sekali lagi, bisnis Yesus ini bukan bisnis resiprokal. Saya kira blio tak terlalu ambil pusing dengan air susu dibalas air tuba karena blio ini produsen susu. Bisnisnya ya produksi kebaikan demi kebaikan. Risikonya: diping-pong ke sana kemari, dan meskipun tak terbukti bersalah, toh ya tetap saja divonis mati. Itu artinya, Yesus ini menampilkan wajah Allah yang benar-benar nendang.

Tuhan, mohon rahmat keberanian dan kekuatan supaya identitas wajah-Mu dalam hidup kami sungguh nendang. Amin. 


HARI JUMAT SUCI
7 April 2023

Yes 52,13-53,12
Ibr 4,14-16;5,7-9
Yoh 18,1-19,42

Posting 2022: Aku Bukan Yesus
Posting 2020: Membajak Agama
Posting 2019: Dua Presiden

Posting 2018: Tuhan Hanya Butuh Dilan

Posting 2017: Kingdom of Conscience

Posting 2016: Jumat Suci: Keheningan Cinta

Posting 2015: A Faith that Never Dies

Posting 2014: Good Friday: The Turning Point