Enjoy Aja Lagi

Beberapa waktu lalu saya terima teks digital tulisan seorang direktur lembaga survei yang sangat populer, dan namanya juga mirip figur populer di dunia maya, yang mirip nama teman SD-SMP saya: Denny, bukan manusia ikan. Tulisannya kira-kira tentang pergeseran pemahaman orang mengenai agama di era digital sekarang ini. Orang sekarang lebih cair dalam memahami agama. Saran Om Denny ini: sebaiknya orang menerima fakta keberagaman (4300) agama sebagai suatu kekayaan bersama, alih-alih membuat ranking kebenaran mutlak agama. “Enjoy aja lagi…”

Saran itu tidak gampang dipenuhi [juga karena tidak begitu saja jelas gimana konkretnya]. Kalau gampang, tentu sudah sejak zaman baheula dunia ini enak-enak aja dihuni, tanpa kekerasan, tanpa perang, tanpa penindasan, dan sejenisnya. Saya beri contoh teks bacaan hari ini. Ini perumpamaan yang rupanya disodorkan Guru dari Nazareth kepada para pemuka agama. Pesannya jelas di ayat-ayat terakhir: Kerajaan Allah akan diambil dari kalian dan diberikan kepada bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan Allah itu. Kerajaan Allah itu gampangnya kan sekumpulan orang yang dirajai Allah. Dalam Islam dikenal istilah ummah, yang saya kira (CMIIW) diterjemahkan umat Islam Indonesia sebagai ukkhuwwah islamiyyah. Oleh orang Kristen, sekumpulan orang yang dirajai Allah itu namanya Gereja.

Persoalannya ya sama dengan seteru yang dihadapi Guru dari Nazareth dan para pemuka agama yang disinggungnya itu. Beliau mau memperluas Kerajaan Allah, para pemuka agamanya malah hendak mempersempitnya dalam tembok bangsa, kultur, atau bahkan ritual tertentu. Itu seperti orang menerima ukkuwwah islamiyyah melulu sebagai persaudaraan antara mereka yang mendeklarasikan diri memeluk agama Islam atau seperti orang memahami Gereja melulu sebagai ikatan persekutuan mereka yang memeluk agama Katolik atau Protestan.

Orang ini mungkin lupa bahwa Gereja punya dimensi tak kelihatan, yang punya kuasa untuk memanifestasikan diri dalam hati nurani siapa saja yang mau mendengarkannya, tak butuh zona ritual eksklusif atau hukum Katolik. Lalu, targetnya cuma satu: pertobatan orang-orang lain supaya masuk zona eksklusif Katolik tadi. [Padahal, pertobatan yang diperlukan ya cuma satu: dirinya sendiri, supaya bisa “enjoy aja lagi” tadi.] Lha kalau orang model begini jadi pelayan publik, kejadiannya ya seperti yang dikisahkan dalam perumpamaan hari ini. Pemuka agamanya ya seperti orang Farisi dan imam-imam kepala, yang baper dan hendak membungkam orang macam Om Denny dengan pesan sejuknya.

Tuhan, mohon rahmat pertobatan untuk mengenali cinta-Mu seluas ciptaan-Mu. Amin.


HARI JUMAT PRAPASKA II
5 Maret 2021

Kej 37, 3-4.12-13a.17b-28
Mat 21,33-43.45-46

Posting 2020: Tafsir Mimpi
Posting 2019: Kelupaan Tuhan

Posting 2018: Tobat Ganti Agama

Posting 2017: Silence, Please!

Posting 2016: Persaudaraan Tak Otomatis

Posting 2015: Pemahaman Nenek Lu!

Posting 2014: Matinya Empati Kami