Nasihat Paulus hari ini melegakan semua saja, terutama yang masih memelihara sifat perfeksionis, yang mudah merasa diri sebagai pengendali segala-galanya: kemurnian agama, kesempurnaan hasil kerja, keseragaman ibadat, kesehatan, kekayaan, dan sebagainya. Paulus sendiri sebetulnya menegur orang-orang Korintus yang tingkah lakunya infantil: merasa benar sendiri dalam perbedaan atau pertengkaran. Mengapa ditegur? Karena dengan merasa benar sendiri orang masih berpikir dalam level ‘karnal’ atau kedagingan dan berpuas diri dengan pikiran itu.
Sik sik sik, berpikir dalam level ‘karnal’ itu maksudnya apa sih, kok mbingungi amat istilahnya? Mari amati dua orang anak yang bersama-sama bermain lego. Semula mereka begitu akur menyusun balok demi balok sampai akhirnya ada persoalan kecil dan mereka bertengkar, lalu malah keduanya mengobrak-abrik mainan yang tadinya mereka susun bersama itu, lalu pergi ke masing-masing orang terdekatnya untuk mencari dukungan. Keduanya menyalahkan anak lain dan merasa diri benar sepenuhnya. Apa penyebabnya? Perbedaan ide mengenai lego: bagaimana ditata, mana yang lebih dulu dikaitkan, mau dibentuk seperti apa, warna mana yang akan diletakkan di sebelah warna biru, dan sebagainya.
Mereka belum punya kemampuan abstraksi dan refleksi terhadap perilaku mereka sendiri: bahwa mereka sedang main bersama, bahwa permainan adalah salah satu cara rekreatif. Yang ada dalam benak mereka adalah mainan lego dan bagaimana menyenangkan diri mereka dengan lego itu. Karena fokusnya lego, perbedaan ide tak terakomodasi oleh keterbatasan dimensi ruang-waktu lego dan muncullah konflik yang berujung pada kekerasan karena masing-masing mempertahankan kesenangannya. Akan tetapi, mungkin dalam hitungan jam anak-anak bisa rujuk kembali. Peristiwa itu terlihat lucu karena pelakunya anak-anak!
Yang dihadapi Paulus bukan anak-anak, tetapi rupanya sejak sekian waktu mereka masih berpikir secara kanak-kanak! Jika anak-anak tadi terkotak-kotak oleh lego, umat yang disapa Paulus terkotak-kotak oleh ego: mereka berfokus pada sosok orang tertentu, yang juga terbatas oleh dimensi ruang waktu. Kamu kelompoknya Paulus, aku kelompoknya Apolos. Hal serupa terjadi sepanjang masa: kamu kristen, aku islam; kamu Flores, aku Jawa; kamu miskin, aku kaya; kamu bodoh, aku pintar; kamu murid, aku gurunya; kamu salah, aku benar, dan lain sebagainya.
Fokus pada Tuhan (yang sedang bekerja) mendobrak dikotomi (pembedaan tajam yang memisahkan) seperti itu dan melegakan: aku ini co-worker Allah, Allah sendiri kalau mau bisa ambil alih semuanya. Sebagai co-worker, aku menjalankan peranku sekuat tenaga dalam batas ruang-waktu tertentu dan memberi ruang-waktu bagi Allah sendiri untuk menumbuhkan orang yang juga jadi co-worker Allah. Aku berupaya mewujudkan cinta sekuat mungkin, tetapi aku bukan segala-galanya. Aku hamba dari para hamba: itulah yang diwartakan Gregorius Agung yang diperingati Gereja Katolik hari ini, tetapi juga yang ditandaskan Paus Fransiskus, authentic power is service.
RABU BIASA XXII A/1
Peringatan Wajib St. Gregorius Agung
3 September 2014

13 responses to “You are God’s Co-worker”
Penuh Inspirasi …Mohon Ijin diambil untuk dimuat dimajalah paroki Buletin Bangkit Paroki. AMDG
LikeLike
Halo Mr. John… okay silakan pergunakan seturut kehendak-Mu, hahaha… tapi baik disertakan sumbernya ya (bukan penulisnya, melainkan sumber url/http). Nuwun.
LikeLike
[…] penjaga. Kita ingat bahwa setiap orang bertanggung jawab atas jiwanya sendiri. Tiap orang menjadi co-creator atau co-worker Allah. Dengan kata lain, tiap orang juga sebetulnya adalah penjaga, seberapapun […]
LikeLike
[…] So, did you love enough tak perlu hanya dipahami dengan parameter kuantitatif seberapa banyak aku melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, tetapi dengan refleksi kualitatif seberapa jauh aku membiarkan Allah bekerja dalam diriku. Ini berarti cinta tidak lagi sebatas perintah, melainkan dorongan gerak dari kedalaman hati. Rasanya ini lebih melegakan karena aktor sebenarnya adalah Allah sendiri dan kita, lagi-lagi, adalah co-worker. […]
LikeLike
[…] Tak mengherankan dalam bacaan hari ini diungkapkan: Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya. Tentu cinta bukanlah kata-kata semata: hati yang meluap itu menerjang kata-kata dan menggerakkan seluruh komponen dirinya untuk sujud tafakur kepada Allah dan senantiasa berujar, “Tuhan, inilah aku, utuslah aku!” […]
LikeLike
[…] seperti partai politik, misalnya. Apa horison itu? Kalau dari sudut kerohanian ya kerja sebagai partisipasi (bagian) dalam kerja penciptaan Allah sendiri. Bagaimana horison itu bisa muncul? Dalam klip sederhana itu, dari mana datangnya ide orang untuk […]
LikeLike
[…] kenyataannya. Ini semua proyek keselamatan Allah sendiri. Romero mati, dan kesadaran orang akan kebenaran semakin terkuak. Junta militer mungkin puas (ala […]
LikeLike
[…] mengingatkan umatnya bahwa mereka adalah instrumen bagi kehendak dan pekerjaan Allah sendiri. Ini memerlukan sikap dan perilaku yang cocok: ketaatan kepada kehendak Allah sendiri, […]
LikeLike
[…] Ya, tak apa. Tuhan masih bisa bekerja pada orang yang sudah terlanjur, bahkan pada yang terlanjur punya 9 anak sekalipun! Pertanyaan soal keterlibatan tetaplah relevan: bagaimana menularkan kepada sepuluh anak itu untuk menjadi co-workers Tuhan sendiri (kliknya tuh di sini). […]
LikeLike
[…] Bacaan hari ini menyodorkan kembali suatu perumpamaan mengenai Kerajaan Allah dengan metafora tumbuhan. Allahlah yang menumbuhkan benih, namun dibutuhkan orang untuk menebarkannya di tanah yang subur. Memang ini bukan kebutuhan mutlak karena Allah bisa saja melakukannya tanpa campur tangan manusia. Akan tetapi, justru itulah poinnya: Allah toh tetap menginginkan penabur dan status orang menjadi kolaborator atau co-worker Allah (sudah pernah ada posting mengenai itu di link ini). […]
LikeLike
[…] Jawaban shortcut untuk pertanyaan itu: memusatkan perhatian pada level atau dimensi yang lebih ‘tinggi’, lebih ‘luas’, lebih ‘dalam’. Ini biasanya terungkap dalam pernyataan yang bernada kurang lebih begini: apa yang kau alami kini mungkin tak dapat engkau mengerti karena Tuhan sedang merenda suatu karya agung mulia. Aktor utama hidup ini bukan aku, melainkan Dia yang senantiasa mengundangku bekerja sama. […]
LikeLike
[…] iman kristiani, cinta Allah membuat manusia jadi co-worker Allah sendiri untuk mewujudkan kehendak-Nya. Maka, tak bisa cuma “man proposes, God disposes“, tetapi […]
LikeLike
[…] Karena tak punya paham Allah yang bekerja sama. Jawaban Maria atas warta Gabriel adalah penegasan bahwa ia mau bekerja sama dengan Allah yang […]
LikeLike