Meskipun lebih direkomendasikan membaca dan melakukan refleksi harian setiap hari (namanya juga harian), tentu tidak semua pembaca mengikuti blog refleksi harian ini setiap hari. Karena itu di halaman indeks tematis ini disediakan tautan yang ditata seturut pertanyaan-pertanyaan yang barangkali relevan bagi pembaca:
1. Apa sih yang kuinginkan dalam hidupku ini?
Keinginan jelas tidak sama dengan kebutuhan. Orang bisa jadi membutuhkan yang tak dia inginkan, sebaliknya bisa menginginkan yang tak dia butuhkan. Dari mana sih munculnya keinginan itu?
Blog ini sama sekali tidak memandang keinginan sebagai sesuatu yang negatif pada dirinya. Bahkan, keinginan itulah yang memungkinkan terjadinya dinamika hidup di semesta ini. Ini bukan soal ingin makan gado-gado, ingin berenang, ingin kuliah kedokteran, dll. Ini adalah keinginan terdalam yang rupanya tiada henti bergejolak dalam diri orang setiap kali ia mencapai sesuatu.
Barangkali Anda perlu membaca beberapa link berikut ini: keinginan terdalam manusia, tujuan hidup manusia, doa Bapa Kami, spiritualitas yang sejati. Pengalaman mengenai kematian juga bisa menunjukkan keinginan terdalam manusia. Selain itu, mungkin juga berguna melihat dari sisi kebalikannya: tujuan hidup yang semu, kesucian palsu. Insight mungkin diperoleh dari kisah penyembuhan orang buta dalam Kitab Suci.
2. Bagaimana bisa hidup lebih ceria?
Barangkali Anda perlu menonton film La Vita è Bella. Mungkin juga Anda perlu membongkar gagasan-gagasan palsu mengenai kebahagiaan: bukan soal mendapat sesuatu, saat sanggup bersyukur, saat menemukan kehendak Allah, saat bisa memaknai aneka momen hidup, saat hidup semakin lepas bebas, bisa menemukan makna dengan go out of the box, …
3. Apakah aku percaya diri?
Orang berusaha mencari aneka cara untuk memupuk kepercayaan dirinya: prestasi, kekayaan, agama, dll. Barangkali perlu diperhatikan sumber-sumber kepercayaan diri sendiri: sesuatu dari luar atau dari dalam. Mungkin berguna: kerendahan hati, kesepian yang meresahkan orang, keyakinan pada hal-hal spektakuler,…
4. Apakah aku mudah berterima kasih?
Memang orang menemukan kebahagiaan lebih dalam memberi daripada menerima sesuatu. Bahkan, kalau menerima sesuatu tanpa memberikan ungkapan terima kasih pun bisa membawa bahaya self-sufficiency. Memang berterima kasih tidak selalu mudah. Barangkali butuh cara pandang tertentu yang tetap menjaga rasa syukur seseorang, bahkan jika secara objektif keadaannya lebih banyak keburukannya. Semakin mudah berterima kasih, biasanya orang semakin happy.
5. Apakah aku sedang menjadi orang lain?
Orang bisa menyesuaikan tingkah lakunya dengan tingkah laku idolanya. Ini tak selalu menggembirakan. Bisa jadi tokoh idola itu jadi berhala. Bisa jadi orang hanya copy paste kepribadian orang dan tidak sungguh-sungguh menjadi dirinya sendiri. Perubahan yang baik senantiasa bergerak dari dalam. Begitu pula hidup agama yang baik mestinya mengandalkan kerja roh Tuhan sendiri.
6. Apa sajakah yang membuatku bahagia?
Kalau Anda berpikir bahwa kebahagiaan itu berasal dari aksesori hidup yang Anda miliki, Anda punya kebahagiaan bersyarat. Kebahagiaan tanpa syarat tidak bergantung pada aksesori, melainkan justru pada pemutusan ketergantungan terhadap aksesori tersebut. Orang normal punya hobi, klangenan, ideologi, dan sebagainya. Akan tetapi, kelekatan terhadap hal-hal itu justru tidak menyokong kebebasan rohani, dan dengan demikian mengurangi kemungkinan bahagia yang tanpa syarat. Detachment, sikap lepas bebas kiranya lebih kondusif bagi kebahagiaan. Sketsa kebahagiaan dalam detachment ini ada pada posting “Batu Mulia” dan “Monggo, Silakan“. Detachment bukan penyangkalan terhadap kepemilikan, melainkan pembebasan diri dari kekuasaan kepemilikan terhadap hidup Anda.
7. Bisa melihat hal baru dalam rutinitas?
Jarang sekali ada orang bosan bernafas dan tampaknya tak ada orang yang mencoba bernafas lewat telinga untuk sekadar membuat variasi. Tak sedikit orang bosan terhadap makanan, pasangan, pekerjaan, dan sebagainya. Dibutuhkan suatu cara berpikir yang baru, mengenai kerja, mengenai doa, mengenai agama, kaitannya dengan moral, bahkan mengenai Tuhan sendiri. Cara pikir baru ini yang memungkinkan orang bisa melihat rutinitas sebagai inspirasi juga dan kemudian menentukan sikap dan tindakan yang tepat pula. Tanpa keterbukaan pada cara pikir baru ini, orang bisa naif membela Tuhan, mempertahankan kemunafikannya, bahkan menjadi fanatisme sempit.
8. Apakah aku sulit mengampuni?
Tak sedikit orang yang belum mengerti bahwa pengampunan merupakan kekuatan yang punya daya penyembuh. Ada saja orang yang sakit dan tidak bahagia hidupnya karena tak lepas bebas terhadap kesalahan sesama, bahkan kesalahan diri sendiri. Jika Anda ada dalam keadaan ini, mungkin baik Anda baca mengapa orang perlu mengampuni dan barangkali baik juga berdoa dengan bahan doa pengampunan. Pengalaman diampuni biasanya memudahkan orang untuk berbuat kasih.
Maka, pengampunan memang erat terkait dengan tobat. Tobat tentu lebih dari sekadar kapok. Bisa dikatakan bahwa tobat adalah suatu peleburan cakrawala dengan horison yang lebih luas; ruang terbuka bagi semua orang, apapun agama dan keyakinannya. Ini juga yang memungkinkan orang yang tak akrab dengan pengalaman diampuni bersyukur dan dari situ pengampunan relatif jadi mudah.
9. Apakah aku ada di jalan yang benar?
Orang yang kritis dan terbuka pada kritik senantiasa mawas diri apakah pilihan-pilihannya ada pada jalur yang tepat bagi hidupnya. Ini mengandaikan ia memiliki prinsip dasar yang kokoh dan konsekuen dengan prinsip dasar itu. Dengan prinsip dasar itu orang memiliki patokan untuk membuat aneka pilihan dalam hidupnya. Memang dibutuhkan latihan juga untuk bisa membuat patokan itu, misalnya dengan pemeriksaan batin, tapi ini pasti bukan ajang untuk menghakimi diri, melainkan untuk melatih kepekaan terhadap Allah yang senantiasa berkarya. Tak ada tolok ukur eksak untuk mengklaim bahwa pilihan orang itu klop dengan panggilan Allah, tetapi ada indikasi adekuat ke arah itu.
10. Apakah aku sudah memakai waktu sebaik-baiknya?
Ahli manajemen akan mudah mengerti bagaimana waktu yang tersedia ini diatur supaya efisien dan efektif. Apa tolok ukurnya? Produksi. Ini adalah waktu kronologis, waktu kuantitatif yang bisa dikalkulasi dengan detik hingga tahun cahaya. Yang menentukan kebahagiaan orang bukan waktu seperti ini, melainkan waktu kualitatif, waktu non-teknis: kairos. Kairos inilah yang memungkinkan orang tetap happy bahkan saat berpuasa. Kairos ini juga yang melibatkan orang untuk bekerja sama dengan Allah sebagai pencipta.